ANALISIS PUISI “AKULAH SI TELAGA” KARYA
SAPARDI DJOKO DAMONO BERDASARKAN STRUKTUR FISIK PUISI
Makalah ini disusun dalam rangka
untuk memenuhi Ujian Tengah Semester
Mata
Kuliah Apresiasi Puisi Indonesia
Dosen
Pembimbing: Nurul Setyorini, M.Pd.
Disusun oleh:
Nama : Misbakhumunir
NIM : 132110125
Kelas : 3C
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
A. PENDAHULUAN
Puisi secara harfiah dapat diartikan sebagai ungkapan batin seorang
penyair melalui kata-kata yang dituangkan lewat tulisan dengan gaya dan
ungkapan tertentu. Setiap gaya penyair dalam menciptakan karyanya berbeda satu
sama lainnya. Oleh karena itu, di dalam memahami suatu karya sastra khususnya
puisi kita dapat menyeragamkan makna yang terkait dalam puisi tersebut. Dalam
hal ini tentunya kita tidak memahami sebuah puisi tanpa metode atau pendekatan
terhadap puisi tersebut.
Pendekatan struktural
adalah suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya
tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri
sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar
unsurnya. Struktural merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu
bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktural
itu.
Pendekatan struktural
yaitu suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya
tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri
sendiri di luar kesatuannya. Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau
tugas pendahuluan. Sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna intiristik yang
dapat digali dari karya itu sendiri.
Pendekatan struktural
yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap penyimpangan
bahasa, diksi, citraan, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai bunyi,
persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan dalam menulis puisinya. Apresisasi yang disebutkan di atas merupakan
proses kreatif seseorang terhadap karya sastra khususnya puisi. Tentunya bentuk
lain dari apresiasi yang diciptakan oleh penyair dan musisi adalah bentuk
mengembangkan apresiasi puisi di masyarakat agar dinikmati dan dipahami..
Puisi Akulah Si Telaga ,
merupakan karya Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono . Beliau merupakan seorang
pujangga terkemuka di Indonesia dengan puisi-puisi yang menggunakan kata-kata
sederhana. Beberapa
puisinya sangat popular dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin
(sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Pada Suatu
Hari Nanti, Hujan Bulan Juni, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.
Dalam hal ini akan dibahas tentang analisis struktur fisik dari puisi Sapardi
Djoko Damono “AKULAH SI TELAGA”
AKULAH
SI TELAGA
Oleh :Sapardi Djoko Damono
Oleh :Sapardi Djoko Damono
akulah si telaga: berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja
-- perahumu biar aku yang menjaganya
Perahu Kertas, Kumpulan Sajak,1982
B.
ANALISIS STRUKTUR FISIK PUISI
a.
Penyimpangan bahasa
1.
Penyimpangan Leksikal
Penyimpangan
Leksikal yang terdapat pada puisi Akulah
Si Telaga adalah sebagai berikut:
-
Padma
Alasannya, karena kata tersebut
menyimpang dari kata yang dipergunakan dalam kesehariannya. Pengarang memilih
kata yang sesuai dengan pengucapan jiwanya yang menurut kata padma lebih cocok digunakan dibandingakan kata
teratai.
2.
Penyimpangan Semantis
Penyimpangan
semantis terdapat pada puisi Akulah Si
Telaga adalah sebagai berikut:
-Akulah
si telaga
Alasannya,
penyimpangan semantis merupakan penyimpangan pada puisi yang mempunyai makna
lebih dari satu, kata yang dirangkai mempunyai makna ganda (ambigu). Seperti
pada larik puisi di atas kata telaga mempunyai makna ganda, pertama mempunyai
makna danau. Sedangkan makna keduanya adalah sesuatu yang menjadi sumber
penghidupan orang lain, dimana telaga adalah tempat untuk menampung air. Dalam
hidup kita harus dapat memberikan
manfaat bagi orang lain, dan kita juga harus siap dalam menghadapi berbagai
masalah yang menerpa.
3.
Penyimpangan morfologis
Penyimpangan
morfologi ini terdapat pada kata memandang,
bentuk-bentuk dasar yang umumnya diberi afiks meng-I dipangkas menjadi
meng- saja.
4.
Penyimpangan Fonologis
Tidak
terdapat penyimpangan fonologis dalam puisi Akulah
Si Telaga.
5.
Penyimpangan sintaksis
Penyimpangan
sintaksis dalam puisi Akulah Si Telaga
adalah
-perahumu
biar aku yang menjaganya
penyimpangan sintaksis adalah
penyimpangan karena adanya ketidakteraturan dalam bentuk tata kalimat.
Seharusnya kalimat dalam puisi di atas adalah Biar aku yang menjaga perahumu (S/P/O), tetapi karena penyair
menginginkan unsur keindahan maka kalimatnya diubah menjadi perahumu biar aku yang menjaganya (O/S/P).
6.
Penggunaan Dialek
Dalam puisi di atas tidak terdapat
penyimpangan penggunaan dialek.
7.
Pengguanaan Register
Dalam puisi yang berjudul Akulah Si
Telaga juga tidak terdapat penyimpangan penggunaan register.
8.
Penyimpangan Historis
Tidak terdapat penyimpangan historis
dalam puisi Akulah Si Telaga.
9.
Penyimpangan
Grafologis
Pada
awal kalimat tidak menggunakan huruf kapital dan di akhir kalimat tidak
menggunakan tanda titik. Sehingga ini merupakan penyimpangan grafologis.
b.
Sintaksis dalam Puisi
Pola
sintaksis puisi dapat runtut seperti dalam prosa, namun sering kali penyair
membuat pola yang aneh, dibuat lain daripada yang lain untuk menunjukkan
kreativitas dan identitasnya. Penyair dapat mengabaikan kaidah sintaksis yang harus
dipatuhi, namun juga dapat mengulang-ulang pola-pola tertentu sehingga
beraturan. Puisi yang berjudul Akulah Si Telaga ini terdiri dari satu
bait dan terdiri atas lima larik yang sudah merupakan klausa. Dalam puisi di
atas hampir setiap barisnya tidak diawali dengan huruf kapital dan puisi
tersebut tidak diakhiri dengan tanda titik layaknya ketetapan tanda baca dalam
sebuah kalimat.
c.
Metode dalam Puisi
1.
Diksi
a.
Perbendaharaan kata
Perbendaharaan
kata penyair disamping sangat penting untuk kekuatan ekspresi, juga menunjukkan
ciri khas penyair. Dalam memilih kata-kata, disamping penyair memilih
berdasarkan makna yang akan disampaikan dan tingkat perasaan serta suasana
batinnya, juga dilatarbelakangi oleh faktor sosial budaya penyair.
berlayarlah
menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
Dalam
puisi di atas penyair memilih kata-kata berlayarlah
untuk menyampaikan pesan, yaitu suatu perintah yang ditujukan kepada
seseorang untuk menempuh luasnya dunia.menyuruh seseorang untuk mengejar suatu
cita-cita dan dapat meraih apa yang diinginkannya. Ini dilukiskan oleh penyair
pada kata yang
menggerakkan bunga-bunga padma; berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya; Penyair memilih bunga padma dimana bunga padma adalah bunga
teratai yang terkenal keindahannya.
b.
Urutan kata
Urutan
kata dalam puisi tidak dapat dipindah-pindahkan tempatnya. Dalam puisi Akulah Si Telaga karya Sapardi Djoko
Damono urutan katanya sangat memberikan
unsur estetikanya yang dalam pemilihan kata-katanya lebih bernafaskan unsur
kehidupan alam.
Akulah
si telaga
Penyair
memunculkan tokoh utama sebagai telaga, telaga itu adalah aku atau si penyair.
Susunan kata-kata diatas tidak dapat diubah walaupun perubahan tersebut tidak
mengubah makna. Jika dirubah urutannya, maka daya magis kata-kata itu akan
hilang.
c.
Daya sugesti
Dalam
memilih kata-kata, penyair mempertimbangkan daya sugesti kata-kata itu. Sugesti
ditimbulkan oleh makna kata yang dipandang tepat untuk mewakili perasaan
penyair. Karena ketepatan pilihan dan ketepatan penempatannya, maka kata-kata
itu seolah memancarkan daya gaib yang mampu memberikan sugesti kepada pembaca. Untuk
mengesankan ketulusan seseorang dan rela ditinggalkan. Penyair melukiskannya
seperti dalam baris puisi berikut ini:
sesampai di seberang
sana, tinggalkan begitu saja
-- perahumu biar aku yang menjaganya
-- perahumu biar aku yang menjaganya
2.
Citraan
Citraan
atau pengimajian adalah kata-kata yang mempengaruhi daya indra pembaca.
Penggunaan citraan yang berhubungan dengan bahasa kiasan, dipergunakan untuk
mendapat gambaran yang lebih jelas dan tegas. Citraan dalam puisi Akulah Si Telaga adalah sebagai berikut:
Citraan
penglihatan
-
Memandang
Citraan pendengaran
-
Riak-riak kecil
Citraan
gerak
-
Berlayarlah
-
Menyibakkan
-
Menggerakkan
-
Tinggalkan
Citraan penciuman
-
Harumnya cahaya
3.
Kata konkret
Kata
konkret adalah kata yang membuat daya imaji kita. Dalam puisi Akulah Si Telaga, penyair mengkonkretkan
dirinya sebagai telaga,yang
melukiskan bahwa dirinya mampu memberikan manfaat bagi orang lain dan dapat
menampung dan menyelesaikan masalah yang datang.
4.
Majas
Dalam
puisi di atas terdapat majas metafora, yaitu akulah si telaga. Telaga di sini bukanlah arti yang sebenarnya melainkan
mempunyai makna kias yaitu sumber kehidupan/pengorbanan seseorang.
5.
Verivikasi
Rima
Rima adalah pengulangan bunyi
dalam puisi. Pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca.
Untuk mengulang bunyi ini, pemilihan bunyi-bunyi ini mendukung perasaan dalam
suasana puisi. Dalam puisi di atas,terdapat rima pengulangan yaitu pada kata berlayarlah diulang berkali-kali untuk
memberikan tekanan lebih kuat.
6.
Tipografi
Tipografi
merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Tipogfafi puisi di atas terdiri dari satu bait. Di mana
satu bait terdiri dari lima baris/larik. Baris dalam puisi tidak selalu dimulai
dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.
DAFTAR
PUSTAKA
Herman.J. Waluyo. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga:
Widya Sari Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar