Sabtu, 14 November 2015

ANALISIS PUISI “GADIS PEMINTA-MINTA” Karya Toto Sudarto Bachtiar




ANALISIS PUISI “GADIS PEMINTA-MINTA”
Karya Toto Sudarto Bachtiar
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas UTS
Mata Kuliah Apresiasi Puisi
Dosen Pembimbing : Nurul Setyorini, M.Pd


Disusun Oleh :
Nama : Nurul Hikmah
NIM   : 132110115
Kelas  : 3C

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
Pembahasan

A.    Analisis struktur fisik puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar

GADIS PEMINTA-MINTA
Oleh : Toto Sudarto Bachtiar
Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kekal untuk duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ingat, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang germelapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau lafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku.

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu,tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda.


1.             Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Dalam pemilihan kata Toto Sudarto Bachtiar dalam puisi yang berjudul Gadis Peminta-minta menggunakan bahasa atau kata-kata yang mudah dipahami dan sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Kata-kata tersebut sebagai contoh duka, tengadah, kemayaan, menara, dan masih banyak yang lain. Walaupun demikian puisi Toto Sudarto Bachtiar tetap indah dan bagus.

2.                          Tipografi puisi / perwajahan puisi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Tipografi juga merupakan bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
Bentuk tipografi puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar adalah diawali dengan huruf kapital. Selain itu bentuk tipografi puisi diatas adalah tulisan ditulis dari kiri ke kanan dan rata kiri, tidak dibuat menjorok kedalam. Puisi tersebut terdiri dari 16 baris yang sering disebut dengan bebas.



3.        Imaji/citraan
Imaji atau pengimajian merupakan kata atau susunan  kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, perabaan dan perasaan. Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata-kata konkret dan khas.

Dalam “Gadis Peminta-minta” di dapatkan imaji visual (citraan penglihatan) seperti baris-baris di bawah ini :
Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kekal untuk duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa


Ingin aku ingat, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang germelapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau lafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku.

Kata-kata yang bergaris bawah merupakan contoh imaji visual atau citraan penglihatan. Dalam puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar, pengarang lebih menonjolkan citraan penglihatan di banding citraan yang lain seperti pendengaran dan perasaan.

4.        Kata kongkret
Kata kongkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan muncul imaji. Kata konkret yang muncul dalam puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar:

Senyummu terlalu kekal untuk kekal untuk duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Menjelaskan bahwa senyum gadis kecil itu seolah menggugat kemanusiaan penyair. Oleh karena itu penyair merasa bahwa gadis kecil itu tengadah tanpa harapan. Maka gadis kecil itu tidak mudah mrncari belas kasihan. Kota itu jadi hilang tanpa jiwa.
           
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang germelapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau lafal
Menjelaskan bahwa tempat tinggal gadis peminta-minta di bawah jembatan. Tempat itu hanya cukup untuk melulu Melewati sosok tubuh gadis kecil itu, tetapi penyair ingin mengikuti ke sana. Kegerlapan hanya memenuhi angan-angannya dan gembira atau riang hatinya itu hanya maya karena hidupnya sendiri dan penuh duka. Penyair ingin mengetuk perasaan belas kasih pembaca untuk ikut meratapi tokohnya. Sebab, ia menyatakan bahwa tidak hanya dunianya lebihb tinggi dari menara katedral, namun jiwa tokohnya terlalu murni. Gadis kecil berkaleng kecil itu tidak mampu merasakan kedukaan penyair yang memikirkan deritanya.

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda.


Maksudnya adalah apabila gadis itu mati, penyair merasa kehilangan kehilangan. Penyair merasa bahwa gadis kecil itu sebagai identitas kota Jakarta, tetapi ia juga ingin supaya tokoh semacam itu tidak ada lagi. Ia mengharap agar kotanya punya belas kasih untuk memikirkan gadis kecil berkaleng itu, sehingga hidupnya tidak lagi di bawah jembatan dan ia tidak perlu mati.

5.        Versifikasi (Rima, Ritma, Metrum)
Versifikasi menyangkut rima, ritme dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah dan akhir baris puisi. Rima pada bait pertama :
Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kekal untuk duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Rima pada bait pertama berada di tengah yaitu (aaaa) yang berakhiran uuuu yaitu pada huruf yang bergaris bawah

6.        Bahasa Figuratif / Majas
Bahasa figuratif yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
 Salah satu gaya bahasa yang digunakan dalam puisi Gadis Peminta-minta ini yaitu menggunakan gaya bahasa personifikasi sebagai berikut: “kotaku jadi hilang tanpa jiwa”, “bulan di atas itu tak ada yang punya”, “kotaku hidupnya tak lagi punya tanda”.
















DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys.2009. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar