ANALISIS PUISI “GADIS PEMINTA-MINTA”
Karya Toto Sudarto Bachtiar
Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas UTS
Mata
Kuliah Apresiasi Puisi
Dosen
Pembimbing : Nurul Setyorini, M.Pd
Disusun
Oleh :
Nama
: Nurul Hikmah
NIM : 132110115
Kelas : 3C
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
Pembahasan
A. Analisis
struktur fisik puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar
GADIS
PEMINTA-MINTA
Oleh
: Toto Sudarto Bachtiar
Setiap kali
bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu
kekal untuk kekal untuk duka
Tengadah padaku,
pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ingat, gadis kecil berkaleng
kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur
sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang
germelapan
Gembira dari kemayaan riang.
Duniamu yang lebih tinggi dari menara
katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi
yang begitu kau lafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk dapat membagi dukaku.
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng
kecil
Bulan di atas itu,tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda.
1.
Diksi
Diksi yaitu
pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Dalam pemilihan kata Toto Sudarto
Bachtiar dalam puisi yang berjudul Gadis Peminta-minta menggunakan bahasa atau
kata-kata yang mudah dipahami dan sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.
Kata-kata tersebut sebagai contoh duka, tengadah, kemayaan, menara, dan masih
banyak yang lain. Walaupun demikian puisi Toto Sudarto Bachtiar tetap indah dan
bagus.
2.
Tipografi
puisi / perwajahan puisi
Tipografi
merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Tipografi
juga merupakan bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
Bentuk
tipografi puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar adalah
diawali dengan huruf kapital. Selain itu bentuk tipografi puisi diatas adalah
tulisan ditulis dari kiri ke kanan dan rata kiri, tidak dibuat menjorok
kedalam. Puisi tersebut terdiri dari 16 baris yang sering disebut dengan bebas.
3.
Imaji/citraan
Imaji
atau pengimajian merupakan kata atau susunan
kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan,
pendengaran, perabaan dan perasaan. Pengimajian ditandai dengan penggunaan
kata-kata konkret dan khas.
Dalam
“Gadis Peminta-minta” di dapatkan imaji visual (citraan penglihatan) seperti
baris-baris di bawah ini :
Setiap
kali bertemu,
gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal
untuk kekal untuk duka
Tengadah padaku, pada bulan
merah jambu
Tapi kotaku jadi
hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ingat,
gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah
jembatan
yang melulur sosok
Hidup dari
kehidupan angan-angan yang germelapan
Gembira dari
kemayaan riang.
Duniamu yang
lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas
di atas air kotor,
tapi yang begitu kau lafal
Jiwa begitu murni,
terlalu murni
Untuk dapat
membagi dukaku.
Kata-kata
yang bergaris bawah merupakan contoh imaji visual atau citraan penglihatan.
Dalam puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar, pengarang lebih
menonjolkan citraan penglihatan di banding citraan yang lain seperti
pendengaran dan perasaan.
4.
Kata
kongkret
Kata
kongkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan muncul
imaji. Kata konkret yang muncul dalam puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto
Sudarto Bachtiar:
Senyummu terlalu
kekal untuk kekal untuk duka
Tengadah padaku,
pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi
hilang, tanpa jiwa
Menjelaskan
bahwa senyum gadis kecil itu seolah menggugat kemanusiaan penyair. Oleh karena
itu penyair merasa bahwa gadis kecil itu tengadah tanpa harapan. Maka gadis
kecil itu tidak mudah mrncari belas kasihan. Kota itu jadi hilang tanpa jiwa.
Pulang ke bawah
jembatan yang melulur sosok
Hidup dari
kehidupan angan-angan yang germelapan
Gembira dari
kemayaan riang.
Duniamu yang
lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas
di atas air kotor, tapi yang begitu kau lafal
Menjelaskan
bahwa tempat tinggal gadis peminta-minta di bawah jembatan. Tempat itu hanya
cukup untuk melulu Melewati sosok tubuh gadis kecil itu, tetapi penyair ingin
mengikuti ke sana. Kegerlapan hanya memenuhi angan-angannya dan gembira atau
riang hatinya itu hanya maya karena hidupnya sendiri dan penuh duka. Penyair
ingin mengetuk perasaan belas kasih pembaca untuk ikut meratapi tokohnya.
Sebab, ia menyatakan bahwa tidak hanya dunianya lebihb tinggi dari menara
katedral, namun jiwa tokohnya terlalu murni. Gadis kecil berkaleng kecil itu
tidak mampu merasakan kedukaan penyair yang memikirkan deritanya.
Kalau kau mati,
gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas
itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah
kotaku
Hidupnya tak
lagi punya tanda.
Maksudnya
adalah apabila gadis itu mati, penyair merasa kehilangan kehilangan. Penyair
merasa bahwa gadis kecil itu sebagai identitas kota Jakarta, tetapi ia juga
ingin supaya tokoh semacam itu tidak ada lagi. Ia mengharap agar kotanya punya
belas kasih untuk memikirkan gadis kecil berkaleng itu, sehingga hidupnya tidak
lagi di bawah jembatan dan ia tidak perlu mati.
5.
Versifikasi
(Rima, Ritma, Metrum)
Versifikasi
menyangkut rima, ritme dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik
di awal, tengah dan akhir baris puisi. Rima pada bait pertama :
Setiap
kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu
kekal untuk kekal untuk duka
Tengadah padaku,
pada bulan merah jambu
Tapi kotaku
jadi hilang, tanpa jiwa
Rima pada bait
pertama berada di tengah yaitu (aaaa) yang berakhiran uuuu yaitu pada huruf
yang bergaris bawah
6.
Bahasa
Figuratif / Majas
Bahasa
figuratif yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu.
Salah satu gaya bahasa yang digunakan dalam
puisi Gadis Peminta-minta ini yaitu menggunakan gaya bahasa personifikasi
sebagai berikut: “kotaku jadi hilang tanpa jiwa”, “bulan di atas itu tak ada
yang punya”, “kotaku hidupnya tak lagi punya tanda”.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf,
Gorys.2009. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar