Sabtu, 14 November 2015

Analisis Puisi “Rajawali” Karya W. S. Rendra



Analisis  Puisi “Rajawali” Karya W. S. Rendra

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Individu
Mata Kuliah Apresiasi Puisi
Dosen Pembimbing : Nurul Setyorini,M.Pd.


Disusun oleh :
Nanik Pujiasih
132110112
3C


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
PEMBAHASAN MASALAH
Rajawali
Pengarang: W.S Rendra
Sebuah sangkar besi
tidak bisa mengubah rajawali
menjadi seekor burung nuri

Rajawali adalah pacar langit
dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti

Langit tanpa rajawali
adalah keluasan dan kebebasan tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali
tujuh cakrawala, tujuh pengembara

Rajawali terbang tinggi memasuki sepi
memandang dunia
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari
tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat matamorgana

Rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia
dan ia akan mematuk kedua matamu
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka


1.      Analisis Puisi Rajawali karya W.S. Rendra
a.      Diksi (Pemilihan Kata)
Dalam pemilihan kata disini penyair memilih kata Rajawali sebagai lambang kebebasa. Karena Rajawali memiliki sifat yang gemar menjelajah dan tidak terbatas dalam satu wilayah. Selain itu Rajawali memiliki sifat  berani dan tangguh, semua itu di ibaratkan sebagi seorang yang ingin bebas dan tidak ingin dikekang oleh suatu pemerintahan yang ooriter. Kata Rajawali tidak bisa digantikan dengan kata garuda. Karena kata garuda sudah identik dengan lambang negara Indonesia. Burung Garuda sudah menjadi kurang universal karena sudah menjadi lambang dari bangsa Indonesia.
Dari awal sampai akhir puisi tersebut, kata-kata terpilih secara cermat dan tepat untuk menimbulkan semangat meraih kebebasan. Hal itu tampak pada penggunaan kata : sangkar besi, rajawali, burung nuri, keringat matahari, kemantapan hati, rajawali, terbang tinggi, membela langit langit,dan sebagainya.

b. Bunyi
Dalam Sajak Rajawali, penyair sangat gemar mempergunakan vokal /i/ terutama pada bunyi akhir. Dominannya bunyi akhir /i/ secara juga didukung bunyi /a/ itu menyebabkan puisi ini membawa suasana riang, ringan, melayang, melambung, dan rasa optimistis pada pembaca atau pendengar.

.           C.Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan atau figurasi adalah penggunaan bahasa secara bersusun-susun atau berfigura. Bahasa kiasan menyebabkan puisi kaya akan makna. Penyair menyatakan sesuatu scara tidak langsung. Kata atau bahasanya bermakna kias. Dengan mempergunakan bahasa kiasan, sebuah puisi akan membangkitkan kesenangan imajinatif, puisi lebih nikmat dibaca, intensitas perasaan penyair dan juga sikapnya lebih tampak, makna yang terkandung dalam puisi menjadi lebih padat .Puisi ini menggunakan majas metafora, dari awal hingga akhir puisi ini bercerita tentang rajawali. Puisi berisi kiasan bagi orang yang berpandangan luas, berpikiran maju, memiliki keberanian luar biasa, dan seorang pembela kebenaran. Dalam puisi ini diceritakan secara kias seorang pejuang kemerdekaan atau kebebasan, ini bisa dilihat dari kutipan berikut.
Rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia

Dalam puisi ini terdapat juga bahasa kiasan berupa personifikasi.
Hal ini ditunjukkan bait kedua :
Rajawali adalah pacar langit
bait keempat :
rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya

Bahasa kiasan dalam puisi ini dipergunakan untuk menyampaikan ide meraih kebebasan berbuat dan menyampaikan buah pikiran meskipun berisiko masuk penjara (sangkar besi).
d. Tipograf
Dalam penyusunan bait dalam puisi Sajakrajawali penyair mebuka pada setiap bairs awal tiap bait sebagai sarana pokok masalah yang kemudian disusul pada baris berikutnya sebagai penjelasnya. Tipografi pada puisi W. S Rendra ini digolongkan padat dan tidak banyak lubang.

e. Sarana Retorika
Sarana retorika adalah sekumpulan bentuk atau beberapa macam bentuk yang biasa digunakan penyair dalam cara melahirkan pikiran lewat puisi. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran.
Dengan sarana retorika penyair berusaha menarik perhatian, pikiran, hingga pembaca atau pendengar berkontemplasi atas apa yang dikemukakan penyair.
Banyak macam sarana retorika, di antaranya : tautologi (pernyataan berulang), pleonasme (melebih-lebihkan), retorik retisense (penggunaan tanda baca titik-titik untuk mengungkapan perasaan yang tidak terungkapkan), paralelisme (pengungkapan isi kalimat yang maksud tujuannya serupa). Dalam Sajak Rajawali kita temukan sarana retorika berupa paralelisme.

Tujuh langit, tujuh rajawali.
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara.
(bait ke-3)
Penggunaan peralelisme dimaksudkan agar pembaca benar-benar memperhatikan dan merenungkannya.

f. Citraan ( Pengimajinasian)
Citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat membangkitkan imaji pembaca tentang gerak, bunyi, warna, dan benda-benda.
Citra visual amat dominan dalam Sajak Rajawali. Citraan digunakan dalam puisi ini untuk memberikan gambaran tentang pentingnya kebebasan. Citra visual dapat ditemukan dalam penggunaan kata-kata : sangkar besi, burung nuri, langit, duduk bertapa, matahari, fatamorgana, matamu.
Citra penglihatan ini dipergunakan untuk memberikan gambaran nyata tentang burung rajawali yang ada di sangkar besi, burung nuri yang kecil dan lemah, langit biru yang luas. Dengan citra penglihatan ini, pembaca atau pendengar akan membayangkan sekaligus membandingkan burung rajawali yang ada di dalam sangkar besi dan burung rajawali yang ada di alam bebas. Di alam bebas, rajawali dapat terbang ke mana saja yang ia inginkan dan yang di sangkar besi. Citra gerak dapat ditemukan dalam bait keempat dan ketujuh.

Rajawali terbang tinggi
memasuki sepi
memandang dunia.
Rajawali di sangkar besi
 (bait ke-4)


Rajawali terbang tinggi
membela langit dengan setia.
dan ia akan mematuk kedua matamu.
 (bait ke-7)



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar