Sabtu, 14 November 2015

Analisis sajak mata – mata karya WS Rendra Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas UTS



Analisis sajak mata – mata karya WS Rendra
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas UTS
Mata Kuliah Apresiasi Puisi
Dosen Pembimbing : Nurul Setyo Rini


UMP.jpg



Disusun oleh :
Siti Nurrohmah (132110107)







PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

 
2014
BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Perkembangan karya sastra khususnya karya sastra yang berupa puisi memang sangatlah pesat. Penyair – penyair dari tahun ke tahun menciptakan sebuah karya sastra berupa puisi untuk mengungkapkan suara hati dan pengalaman si penyair, dengan berbagai tema yang menarik. Tentunya dari setiap satu judul puisi beserta isinya mempunyai makna yang berbeda – beda sesuai dengan tema yang di bawakan.  Untuk membuat suatu karya sastra puisi kita perlu mengetahui struktural puisi, agar mendapatkan suatu karya atau karangan yang indah. Struktural Puisi di bagi menjadi dua yaitu struktur fisik dan struktur batin. Dan disini Penulis akan menganalisis puisi mengenai struktur fisik puisi.
Salah satunya penulis menganalisis puisi yang berjudul sajak mata – mata. Menganalisis suatu karya sastra atau mengkritik karya sastra (puisi) menurut Culler ( Pradopo, 2011 : 141 ) adalah “ usaha menangkap makna dalam teks karya sastra di bentuk dari struktur yang bermakna dan di bangun dari sistem tanda sehingga untuk mengupasnya salah satu caranya yaitu dengan menganalisis menggunakan teori struktural. Karya sastra itu merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna , Pradopo (Teeuw, 1983 : 61 ) mengungkapkan bahwa “Analisis struktural ini merupakan  prioritas pertama sebelum yang lain – lain. Mengingat hal ini karya sastra ( Puisi ) merupakan sistem tanda yang bermakna dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.









B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.      Apa saja macam dari struktur fisik  dan strutur batin puisi ?
2.      Bagaimana struktur fisik yang terkandung dalam puisi sajak mata – mata karya WS Rendra ?


                                                                                               
C.     Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan macam – macam struktur fisik dan struktur batin puisi.
2.      Untuk mengetahui makna dan menemukan aspek kepuitisan yang terdapat dalam puisi sajak mata – mata karya WS Rendra.
3.      Untuk memahami dan mengetahui penggunaan diksi, tipografi, pengimajian ( citraan ), majas dan kata konkret dalam puisi sajak mata – mata karya WS Rendra

D.    Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu :
1.      Kita dapat mengetahui metode struktural puisi
2.      Menambah pengetahuan tentang struktur fisik puisi yang ada di Sajak mata – mata karya WS Rendra.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Macam – macam struktur fisik dan struktur batin puisi
1.      Struktur Fisik
a.       Diksi ( Pemilihan kata )
          Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono. 1990:59). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya). Fungsi Diksi antara lain yaitu :

1.      Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang di sampaikan oleh pembicara atau penulis.
2.      Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
3.      Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
4.      Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat ( sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

b.      Pengimajian ( Citraan )
Pengimajian atau citraan adalah kata atau susuanan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan.

c.       Kata Konkret
Kata konkret adalah kata – kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Pengkonkritan kata berhubungan erat dengan pengimajianasian. Pengembangan dan pengkhiasan.

d.      Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek – efek tertentu. Majas juga bisa berarti bahasa indah yang di pergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan yang memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum
Majas di kategorikan menjadi empat kelompok yaitu
1.      Majas perbandingan
Majas perbandingan adalah kata – kata yang berkhias yang menyatakan perbandingan untuk menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan juga pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Ditinjau dari cara pengambilan perbandingannya.
Jenis – jenis majas perbandingan yaitu :
1.      Asosiasi atau perumpamaan yaitu perbandingan terhadapa dua hal yang pada akhirnya berbeda, tetapi sengaja di anggap sama. Majas ini di tandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.
2.      Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis. Pemakaian kata atau kelompok kata bukan berarti arti yang sebenarnya. Melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.
3.      Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda – benda tak bernyawa seolah – olah mempunyai sifat seperti manusia.
4.      Alegori adalah majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Alegori juga merupakan majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.
5.      Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda, binatang atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
6.      Metonimia adalah majas yang mengguanakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut berupa penggunaan nama untuk benda lainyang menjadi merek, ciri khas atau atribut.
7.      Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdok dibagi menjadi dua yaitu pras pro toto dan totem pro parte.
8.      Simile adalah majas pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depn dan penghubung, seperti, layaknya, bagaikan, “umpama”, “ibarat”, “bak”, “bagai”.

2.      Majas Pertentangan
Majas pertentangan adalah kata – kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang di maksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperberat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar. Macam – macam majas pertentangan yaitu :
1.      Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.
2.      Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.
3.      Hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataan dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.
4.      Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara berlawanan dari kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya adalah merendahkan diri.

3.      Majas Penegasan adalah kata – kata berkhias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Majas penegasan terdiri atas tujuh macam yaitu :
1.      Pleonasme adalah majas yang mengguankan kata – kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti kata.
2.      Repetisi adalah majas perulangan kata – kata sebagai penegas.
3.      Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya da di dalam puisi.
4.      Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu mengguanakan kata bersinonim.
5.      Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut – turut dan makin lama makin meningkat.
6.      Anti klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal secara berturut – turut yang semakin lama semakin menurun.
7.      Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tidak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran atau menggugah.

4.      Majas Sindiran adalah kata – kata berkhias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Majas sindiran terbagi menjadi :
1.      Ironi adalah majas yang menyatakan hal – hal yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir seseorang.
2.      Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung kepada orang lain.
3.      Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya di ucapkan oleh seseorang yang sedang marah.

e.       Tipografi
Tipografi adalah ukiran bentuk yaitu susuanan baris – baris atau bait – bait suatu puisi yang termasuk kedalam tipografi ialah penggunaan huruf – huruf untuk menuliskan kata – kata suatu puisi.
f.       Verifikasi ( Rima, Ritme, Metrum )
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi , kemudian Ritme adalah pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat, sedangkan Rwtrum adalah pengulangan tekanan kata yang tetap dalam puisi.

2.      Struktur batin
Jenis – jenis struktur batin puisi yaitu :
a.       Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang di kemukakan oleh sang penyair.
b.      Perasaan ( Feeling ) suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus di hayati oleh pembaca.
c.       Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca.
d.      Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah setelah membaca puisi.
e.       Amanat ( pesan ) hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
.




B.     Analisis struktur fisik puisi Sajak Mata – Mata karya WS Rendra.

Sajak Mata - Mata
Pengarang : WS Rendra

Ada suara bising di bawah tanah
Ada ucapan – ucapan kacau di bawah rumah – rumah
Ada tangis tak menentu di tengah sawah
Dan, lho ini di belakang saya ada tentara marah – marah .

Apa saja yang terjadi ? Aku tidak tahu.

Aku melihat kilatan – kilatan api berkobar.
Aku melihat isyarat – isyarat.
Semua tidak jelas maknanya.
Raut wajah yang sengsara, tak bisa bicara
Mengganggu pemandangan ku.

Apa saja yang terjadi ? aku tidak tahu.

Pendengaran dan penglihatan
Menyesakkan perasaan.
Membuat keresahan
Ini terjadi karena apa – apa yang terjadi
Terjadi tanpa ku tahu telah terjadi.
Aku tak tahu, kamu tak tahu
Tak ada yang tahu.

Betapa kita akan tahu,
Kalau koran – koran di tekan resor,
Dan mimbar – mimbar yang bebas telah di kontrol.
Koran – koran adalah penelusuran mata kita.
Kini sudah di ganti mata yang resmi.
Kita tidak lagi melihat kenyataan yang beragam.
Kita hanya diberi gamabaran model keadaan
Kita hanya diberi model keadaan

Mata rakyat sudah di cabut.
Rakyat meraba – raba di dalam kasak – kusuk
Mata pemerintah juga di ancam bencana
Mata pemerintah memakai kaca mata hitam.
Terasering di belakang meja kekuasaan
Mata pemerintah yang sejati
Sudah di ganti mata – mata
Barisan mata – mata mahal biayanya
Banyak makannya
Sukar di aturnya
sedangkan laporannya
 Mirip pandangan mata kuda kereta
Yang di batasi tudung mata

Dalam pandangan yang kabur,
Semua orang marah – marah.
Rakyat marah, pemerintah marah,
Semua marah lantaran tidak punya mata.
Semua mata sudah di sabotir.
Mata yang bebas beredar hanyalah mata – mata.

1.      Diksi
Pilihan kata sangat menentukan nilai keindahan dalam sebuah karya sastra (puisi), sehingga pemilihan kata dalam puisi begitu penting, menurut Berfied (Pradopo, 2010 : 54) menyatakan “bahwa bila kata – kata yang di pilih menimbulkan imajinasi genetik, maka hasilnya diksi puitis” . Selain itu diksi tidak saja hanya menyampaikan gagasan, tetapi juga dituntut untuk mampu menggambarkan imajinasi penyair, dan yang tidak kalah penting dapat memberi pemahaman pembaca tentang maksud penyair dalam puisinya. Seperti yang di contohkan dalam puisi “Sajak mata – mata” karya WS Rendra . Pilihan kata yang di gunakan dalam puisi “sajak mata – mata” karya WS Rendra mengandung kata – kata yang sederhana namun sulit sekali di tebak makna dari kata – kata tersebut . penyair membawakan sebuah puisi dengan menggunakan kata perulangan. yang terdapat dalam cuplikan berikut :
Ada suara bising di bawah tanah                                                                                                       Ada ucapan – ucapan kacau di bawah rumah – rumah                                                                       Ada tangis tak menentu di tengah sawah                                                                                            Dan, lho ini di belakang saya ada tentara marah – marah .
Apa saja yang terjadi ? Aku tidak tahu.
Aku melihat kilatan – kilatan api berkobar.                                                                               Aku melihat isyarat – isyarat.                                                                                               Semua tidak jelas maknanya.                                                                                                          Raut wajah yang sengsara, tak bisa bicara                                                                  Mengganggu pemandangan ku.

Apa saja yang terjadi ? aku tidak tahu.

Pendengaran dan penglihatan                                                                      
 Menyesakkan perasaan.                                                                                 
 Membuat keresahan                                                                                                
 Ini terjadi karena apa – apa yang terjadi                                                                     
Terjadi tanpa ku tahu telah terjadi.                                                                                 
Aku tak tahu, kamu tak tahu                                                                                          
Tak ada yang tahu.

Betapa kita akan tahu,                                                                                              
Kalau koran – koran di tekan resor,                                                                                
Dan mimbar – mimbar yang bebas telah di kontrol.                                                    
Koran – koran adalah penelusuran mata kita.                                                                
Kini sudah di ganti mata yang resmi.                                                                       
 Kita tidak lagi melihat kenyataan yang beragam.                                                            
Kita hanya diberi gamabaran model keadaan                                                                     
 Kita hanya diberi model keadaan
Mata rakyat sudah di cabut.                                                                                        
Rakyat meraba – raba di dalam kasak – kusuk                                                                 
 Mata pemerintah juga di ancam bencana                                                                       
Mata pemerintah memakai kaca mata hitam.                                                       
Terasering di belakang meja kekuasaan                                                                      
Mata pemerintah yang sejati                                                                                         
Sudah di ganti mata – mata                                                                                        
Barisan mata – mata mahal biayanya                                                                           
Banyak makannya                                                                                                          
Sukar di aturnya                                                                                                 
 sedangkan laporannya                                                                                               
 Mirip pandangan mata kuda kereta                                                                              
Yang di batasi tudung mata 
Dalam pandangan yang kabur,                                                                                    
 Semua orang marah – marah.                                                                          
 Rakyat marah, pemerintah marah,                                                                     
Semua marah lantaran tidak punya mata.                                                                       
Semua mata sudah di sabotir.                                                                                           
Mata yang bebas beredar hanyalah mata – mata.
            Kata yang bergaris miring di atas merupakan pilihan kata yang di bawakan oleh penyair, penyair menulis puisi dengan banyak menggunakan kata perulangan  misalnya saja kata ulanng dwi lingga atau kata ulang penuh  atau kata ulang utuh yaitu dalam kata marah – marah, mata – mata, koran – koran, mimbar – mimbar, apa – apa, isyarat – isyarat,  kilatan – kilatan, ucapan – ucapan dan rumah – rumah. Selanjutnya ada juga kata ulang dwi lingga salin swara (berubah bunyi) yang terdapat pada kata kasak – kusuk , kasak – kusuk berarti mempengaruhi orang lain secara sembunyi – sembunyi ( tidak terang-terangan )dengan tujuan tertentu. Bahasanya di sampaikan secara berbisik – bisik. Pada bait pertama, kedua dan ketiga puisi tersebut tampak penyair menggunakan kata – kata yang sebenarnya dengan bahasa yang sebenarnya. Sehingga pembaca langsung bisa menangkap makna tersebut. Selanjutnya pada bait ke empat, bait ke lima dan bait ke enam, penyair sudah menggunakan gaya perumpamaan. Ini jelas terlihat ketika penulis seolah – olah menceritakan bahwa kita hanya mampu melihat dan mengetahui kejadian atau keadaan – keadaan yang terjadi di dalam pemerintahan dengan membaca koran – koran yang sudah di kontrol. Mata – mata umpamanya melihat atau membaca koran.
2.      Pengimajian ( Citraan )
Pengimajian yang di pakai oleh pengarang sajak mata – mata adalah menggunakan :

a.       Citraan penglihatan

Pada bait ke dua :

“Aku melihat kilatan – kilatan api berkobar.”
“Aku melihat isyarat – isyarat.”
“Raut wajah yang sengsara, tak bisa bicara”
“Mengganggu pemandangan ku.”

Pada bait ke enam :

“Dalam pandangan yang kabur,”                                                           
 “Semua orang marah – marah.                                                             
 “Rakyat marah, pemerintah marah,”
 “Semua marah lantaran tidak punya mata.”
“Semua mata sudah di sabotir.”                                                                  
“Mata yang bebas beredar hanyalah mata – mata.

b.      Citraan pendengaran
Pada bait pertama
“Ada suara bising di bawah tanah .” ( seolah – olah penulis mendengar suara bising di bawah tanah.                                                                                             “Ada ucapan – ucapan kacau di bawah rumah – rumah” ( seolah – olah penyair mendengar ada ucapan – ucapan di bawah rumah.)                                                                   “Ada tangis tak menentu di tengah sawah” (seolah – olah penyair mendengar tangis di tengah persawahan. )                                                                                 “Dan, lho ini di belakang saya ada tentara marah – marah.” ( seolah – olah juga penyair mendengar tentara marah – marah )
c.       Citraan Perasaan                                                                                        
     
Pada bait ke tiga

“Menyesakkan perasaan.”  ( penyair merasa sesak di hati )                                                                                         “Membuat keresahan” ( penyair merasa resah )
3.      Kata Konkret
Kata konkret yang terdapat dalam puisi sajak mata – mata yang terdapat dalam puisi tersebut adalah
“Sedangkan laporannya                                                                                                      Mirip pandangan mata kuda kereta”  Penyair menggunakan kata mata kuda kereta untuk mengkhiaskan laporannya.
“Mata pemerintah memakai kaca mata hitam.                                                          Terasering di belakang meja kekuasaan” penyair menggunakan menghiaskan mata pemerintah dengan memakai kaca mata hitam, mungkin yang penyair maksud adalah pemerintah hanya memandang buruk atau melihat dengan tak sebenarnya, kemudian penyair juga menghiaskan kata terasering di belakang meja kekuasaan.
4.      Majas atau gaya bahasa

Majas atau gaya bahasa yang terdapat dalam puisi sajak mata – mata adalah menggunakan majas :
a.       Majas Repetisi terdapat pada bait ke satu, dua ,tiga, empat, lima dan enam.
Pada bait ke satu yaitu :
“Ada suara bising di bawah tanah.                                                                                                Ada ucapan – ucapan kacau di bawah rumah – rumah.                                                                          Ada tangis tak menentu di tengah sawah” pengulangan kata “ada” pada cuplikan di atas untuk menegaskan bahwa memang ada suatu kejadian yang terjadi pada puisi tersebut.
Pada bait kedua yaitu :
“Aku melihat kilatan – kilatan api berkobar.                                                                                    Aku melihat isyarat – isyarat.” Pengulangan kata “aku” dalam cuplikan tersebut adalah untuk menegaskan bahwa aku benar – benar melihat sesuatu.”
Pada bait keempat puisi tersebut :
“Kita tidak lagi melihat kenyataan yang beragam.                                                                  Kita hanya diberi gambaran model keadaan                                                                    Kita hanya diberi model keadaan” pengulangan kata “kita” dalam puisi tersebut untuk menegaskan kennyataan yang beragam.
Pada bait kelima puisi tersebut yaitu
“Mata pemerintah juga di ancam bencana                                                                        Mata pemerintah memakai kaca mata hitam.” Perulangan kata “mata pemerintah” adalah majas repetisi untuk menegaskan bahwa pemerintah juga terancam.
Pada bait ke enam puisi tersebut yaitu:
“Semua marah lantaran tidak punya mata.                                                                       Semua mata sudah di sabotir.” Pengulangan kata “semua” adalah untuk menegaskan bahwa semua marah karena tidak mempunyai mata.
5.      Rima , Ritma dan Retrum

Rima yang di gunakan dalam puisi sajak mata – mata adalah menggunakan

a.       Rima terus (a, a, a, a)
Ada suara bising di bawah tanah                                                                                                    Ada ucapan – ucapan kacau di bawah rumah – rumah                                                                       Ada tangis tak menentu di tengah sawah                                                                                           Dan, lho ini di belakang saya ada tentara marah – marah
Barisan mata – mata mahal biayanya                                                                             Banyak makannya                                                                                                         Sukar di aturnya                                                                                                  sedangkan laporannya
b.      Rima Pasang (a,a,b,b)

Pendengaran dan penglihatan
Menyesakkan perasaan, membuat keresahan
Ini terjadi karena apa – apa yang terjadi
Terjadi tanpa ku tahu telah terjadi.

6.      Tipografi

Tipografi yang terdapat dalam puisi sajak mata – mata adalah menggunakan
Huruf besar semua pada setiap awal kalimat tanpa menggunakan tanda baca.contohnya saja pada bait pertama sajak mata – mata dan pada bait – bait seterusnya sampai akhir.
“Ada suara bising di bawah tanah                                                                                Ada ucapan – ucapan kacau di bawah rumah – rumah                                               Ada tangis tak menentu di tengah sawah                                                                  Dan lho ini di belakang saya ada tentara marah – marah”




























Daftar Pustaka
Keraf, Gorys.2009. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Pradopo, Rachmat Djoko.2009.Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gajah Mada Universiti Press.
Sayuti, Suminto A. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media


Tidak ada komentar:

Posting Komentar