Sabtu, 14 November 2015

ANALISIS STUKTUR FISIK PUISI “SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH”



ANALISIS STUKTUR FISIK
PUISI “SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH”

Tugas  ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Apresiasi Puisi
Dosen Pembimbing: Nurul Setyorini, M.Pd



Disusun oleh :
Nama           : Wiji Utami
NIM                        : 132110099
Kelas           : 3C
                   



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
“SEBUAH JAKET BERLUMUR DARAH”

“Sebuah Jaket Berlumur Darah” karya Taufik Ismail.Khususnya puisi yang di jadikan objek ini salah satunya merupakan representasi dari diri penyair,yaitu Taufik Ismail.yang secara general mengandung makna demonstrasi dan mengimplikasi perjuangan.
Berikut merupakan sajak-sajak puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah”
Sebuah Jaket Berlumur Darah

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai ke mana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN!

Analisis :

Puisi karya Taufik Ismail ini mengandung makna yang sangat dalam.Jika benar-benar diresapi, puisi tersebut mengandung sebuah potret pengorbanan dari para pejuang dan mengimplikasi hegemoni untuk melanjutkan perjuangan.Disamping itu keunikan pemilihan kata dan penyimbolan-penyimbolan yang terdapat dalam puisi tersebut menarik untuk dikaji agar mampu memperoleh makna yang bulat.
Puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah” karya Taufiq Ismail merupakan puisi yang memiliki banyak jenis berdasarkan berbagai sudut pandang makna yang terkandung dari macam-macam puisi. Puisi ini termasuk puisi elegi karena mengungkapkan perasaan duka dan berisi ratapan-ratapan penyair. Disini penyair menceritakan pengalamannya yang banyak menemui rintangan dan hambatan dalam berjuang.

“Sebuah Jaket Berlumur Darah”Tergambar pada Struktur Fisik dan Struktur Batin

Pada struktur fisik puisi terdapat
1.      Diksi, yaitu pilihan kata yang dipilih oleh penyair dalam puisinya. Diksi puisi “Sebuah Jaket Berlumur darah” sangatlah unik dan sarat makna, terlihat dari judul puisinya saja sudah menggambarkan sebuah penderitaan dan pengorbanan, yaitu sebuah perjuangan yang di lumuri darah pada ujungnya.Penyair memilih kata /jaket/ di sini menunjukkan sebuah identitas atau almamater dari mahasiswa,Yang menggambarkan terjadinya demonstrasi oleh mahasiswa yang memperjuangkan tanah air dari penguasa tiran,yaitu PKI.Kata /Darah/ menggambarkan telah terjadinya perjuangan yang sangat besar untuk mempertahankan tanah air. Pada sajak /duka yang agung/ dan /kepedihan bertahun-tahun/ dapat disimpulkan bahwa adanya rasa duka dan rasa sakit yang mendalam dan sudah lama tersimpan serta bisa diartikan bahwa potret kejadian tersebut telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. /Sebuah sungai membatasi kita/,di sini terlihat bahwa saat berjuang banyak sekali batasan dan hambatan/Di bawah terik matahari Jakarta/menggambarkan kejadian tersebut telah terjadi di siang hari di kota Jakarta. /Antara penindasan dan kebebasan/dalam hal ini penyair menyuguhkan dua kata yang berlawanan, sehingga lebih tampak perjuangan yang sebenarnya. Sajak yang digunakan selanjutnya /Berlapis senjata dan sangkur baja/ yang bisa memperkuat bahwa hambatan /sungai/ adalah orang-orang yang bersenjata dan bersangkur baja, yaitu aparat keamanan dan kepolisian.Pada bait berikutnya penyair mulai mengimplikasi hegemoni pada pembaca agar bisa mengerti dan merenung bahsawanya jika kita mundur atau meninggalkan perjuangan ini, maka kita akan menjadi pengecut karena selamanya dijajah oleh tirani dan ketidakadilan kekuasaan. Hal ini tercermin dalam pemilihan tata bahasa dalam bait /Akan mundurkah kita sekarang/, /Seraya, mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’/, /Berikrar setia kepada tirani/, /Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?/
Selanjutnya pada bait ke empat terdapat kata /spanduk kumal/ yang menggambarkan adanya spanduk-spanduk atau sloga-slogan yang berisikan kritik politik kekuasaan dan ketidakadilan.
Dan kalimat /Menunduk bendera setengah tiang/ menggambarkan adanya penghormatan tertinggi atas pejuang yang telah gugur dalam perjuangan. Dilanjutkan pada bait terakhir diakhiri dengan baris /LANJUTKAN PERJUANGAN/,menggunakan huruf kapital semua yang mengggambarkan penegasan serta memperkuat perjuangan. melanjutkan perjuangan dari pahlawan yang telah gugur, meskipun akan menghadapi resiko dan halangan.Selanjutnya penggunaan kata /kami/ dan /mereka/ merupakan simbol dari masyarakat secara universal dari berbagai lapisan, karena penyair mungkin beranggapan bahwa perjuangan merupakan milik dan hak semua orang.

2.      Citra atau pengimajian merupakan serangkaian kata yang diungkapkan oleh penyair berdasarkan pengalaman indrawi atau panca indra. Pengimajian dalam puisi dibagi menjadi tiga, yaitu imaji penglihatan (visual), imaji pendengaran (auditif), dan imaji cita rasa-sentuh-raba (taktil).
Dalam puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah” penyair banyak menggunakan imaji visual seperti kalimat /Kami semua menatapmu/ yang menggambarkan sebuah pengorbanan dan perjuangan yang memang benar-benar terlihat dan nyata dengan panca indera. Selanjutnya pada kalimat /Spanduk kumal itu/, /Ya spanduk itu/ menggambarkan penyair melihat sebuah spanduk yang sudah lama dan usang terpasang hingga terlihat kumal sehingga dapat di simpulkan bahwa perjuangan ini sudah lama di tegakan. /Melalui kendaraan yang melintas/, /Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan/menggambarkan bahwa penyair melihat kendaraan, abang beca, dan kuli-kuli pelabuhan, sehingga lebih meyakinkan bahwa kejadian itu faktual dan disaksikan oleh orang-orang tersebut.
Disamping itu puisi ini juga menyuguhkan imaji auditif seperti pada kalimat /Teriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasa/, /Mereka berkata/, /Semuanya berkata/, /LANJUTKAN PERJUANGAN!/, penyair mendengar teriakan-teriakan dan seruan untuk berjuang dengan keras dan semangat sehingga seruan perjuangan dalam puisi tersebut mampu mengimplikasi hegemoni pembaca untuk melakukan perjuangan terhadap bangsa dengan berevolusi ke arah yang lebih baik.

3.      Imaji yang terakhir dalam puisi ini adalah imaji rasa atau perasaan yang terdapat pada kalimat /Telah berbagi duka yang agung/, /Dalam kepedihan bertahun-tahun/, sudah jelas bahwa penyair ingin menggambarkan perasaan duka dan kepedihan yang beralut-larut sehingga potret pengorbanan jiwa dan raga sungguh terasa jelas.
Terdapat beberapa kata konkret dalam puisi Taufik Ismail ini, diantaranya ada kata /jaket/ yang bermakna sebuah identitas atau almamater mahasiswa. Kata /sungai/ merupakan simbol dari aparat keamanan atau kepolisian yang menghambat pemberontakan. Frase /bendera setengah tiang/ melambangkan kematian atau keguguran. Penggunaan simbol-simbol diatas dimungkinkan agar pembaca lebih bisa menggali makna-makna yang tersembunyi dibalik kata-kata puisi yang singkat dan padat dan tersirat potret pengorbanan dan perjuangan yang sesungguhnya.
Di dalam puisi ini terdapat beberapa pengulangan kata seperti /Spanduk kumal itu/, /Ya spanduk itu/, kata “spanduk” diulang dua kali untuk memperkuat keberadaan spanduk-spanduk yang berisi perlawan terhadap kekuasaan. Dan pengulangan juga terdapat pada kata /mereka berkata/, /semuanya berkata/,menggambarkan bahwa penyair memang mempertegas kata “berkata” yang artinya semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali menyerukan kata perjuangan sehingga mampu menghipnotis pembaca untuk membayangkan pentingnya kita sebagai penerus bangsa untuk tidak melupakan jasa-jasa para pahlawan yang sudah gugur dalam memperjuangakan tanah air kita INDONESIA.
Selain ditanamkan dalam struktur fisik, Taufiq Ismail juga menanamkan implikasi perjuangan dan potret pengorbanan yang tergambar pada struktur batin dalam puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah” seperti yang terdapat pada tema. Tema adalah gagasan pokok atau subject matter yang diungkapkan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Puisi ini bertemakan patriotisme dan nasionalisme yang tergambar dalam perjuangan dan pengorbanan golongan tertentu. Jaket berlumur darah sebagai objek menggambarkan semangat perjuangan yang tiada berakhir sampai menumpahkan darah untuk memperjuangkan sebuah kebebasan dan kesejahteraan. Disamping itu puisi ini juga bertemakan protes atau kritik sosial, karena penyair yang ikut serta merasakan luapan emosi perjuangan pada saat itu terinspirasi dan terdorong untuk memotret peristiwa demontrasi mahasiswa untuk memperotes kesewenangan dan penindasan yang dilakukan oleh penguasa yang tiran, yaitu PKI.
Pada hakikatnya dalam menciptakan puisi, suasana penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Pengungkapan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Dari segi perasaan penyair, penyair seolah-olah memiliki perasaan yang menggebu-gebu untuk menyalurkan semangat perjuangan agar pembaca terhegemoni untuk melanjutkan perjuangan dari para pahlawan yang gugur. Dan pada hakikatnya penyair merupakan aktivis dalam demontrasi mahasiswa, jadi kejadian yang diceritakan pada puisi tersebut sudah menyatu dalam diri dan emosi penyair. Dari segi perasaan pembaca, pembaca dapat mengaitkan diksi yang dipilih oleh penyair dengan realitas yang ada pada masa lampau, potret pengorbanan dan perjuangan yang divisualisasikan dalam bentuk puisi mampu menghegemoni pembaca untuk berimplikasi dalam melanjutkan perjuangan yang telah lama disuarakan oleh para pejuang yang gugur pada saat itu.
Suasana yang di timbulkan saat membaca puisi ini adalah rasa keprihatinan dan kebanggaan yang mendalam terhadap para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan tanah air sampai terjadi pertumpahan darah, Puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah” ini mampu membangkitkan semangat untuk berani melawan kekuasaan yang telah menindas dan menjajah tanah air. Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya karena kebanyakan penyair mempunyai kepentingan atau maksud tertentu dalam menciptakan puisi untuk disampaikan terhadap pembaca. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Adapun amanat yang ingin disampaikan oleh Taufiq Ismail dalam puisinya “Sebuah Jaket Berlumur Darah” adalah “Lanjutkan perjuangan dan jangan menyerah untuk melawan penindasan dan kesewenangan oleh penguasa tiran. Kebebasan dan kemakmuran rakyat itu harus diperjuangkan walaupun harus mengorbankan diri sendiri. Dan gugur dalam berjuang itu sangatlah mulia dan pantas untuk kita sebut sebagai sang pahlawan”.

Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah” karya Taufiq Ismail secara langsung menggambarkan potret pengorbanan yang dilakukan oleh sekelompok massa dalam memperjuangkan kebebasan dan melepaskan rakyat dari belenggu-belenggu kaum penguasa tiran. Potret pengorbanan dan perjuangan tersebut digambarkan dengan jelas melalui struktur fisik puisi seperti diksi, imaji atau citraan, bahasa konkret, versifikasi, dan tipografi, serta pada struktur batin puisi berupa tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat atau pesan. Keseluruhan unsur-unsur dalam struktur puisi tersebut sangat mendukung adanya sebuah gambaran akan pengorbanan yang sampai menumpahkan darah dan potret tersebut juga dapat diidentifikasi hanya dari judul puisinya “Sebuah Jaket Berlumur Darah” yang bermakna sekelompok masyarakat yang memakai jaket sebagai lambang identitas mereka yang rela berkorban sampai berlumuran darah. Dengan adanya analisis puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah” karya Taufiq Ismail ini di harapkan agar dapat menginterpretasi puisi dengan baik dan benar serta di harapakan dapat memahami isi kandungan di dalamnya,dan amanat-amanat yang terdapat di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar