Sabtu, 14 November 2015

MAKALAH ANALISIS PUISI “CINTAMU PADAKU” KARYA HELVY TIANA ROSSA Disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Apresiasi Puisi Indonesia Dosen pembimbing: Nurul Setyorini, M.Pd.



MAKALAH
ANALISIS PUISI “CINTAMU PADAKU” KARYA HELVY TIANA ROSSA
Disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Apresiasi Puisi Indonesia
Dosen pembimbing: Nurul Setyorini, M.Pd.


Description: logo ump.jpg

Disusun oleh:
Ishmah Lailani Hidayati (132110090)
PBSI 3.C


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014

Cintamu Padaku
Cintamu padaku
Adalah kerinduan waktu
Memeluk bisu di batu-batu
Saat gerimis jatuh

Cintamu padaku
Adalah ketabahan matahari
Tatkala menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi

Cintamu padaku
Adalah keindahan purnama
Kala meneteskan cahaya
Pada lara

Cinta tanpa musim itu
Memberi nafas dan sayap
Pada beribu puisi abadi
Tentang kita
: Pernahkah
Kusampaikan padamu?
Cipayung, 28 Januari 2004
A.   Analisis bentuk fisik puisi yang berjudul Cintamu Padaku buah pena Helvy Tiana Rossa
1.     Rima/persajakan
Yaitu persamaan-persamaan bunyi antarKata atau antarbaris. Persamaan bunyi-bunyi vocal disebut asonansi, persamaan bunyi-bunyi konsonan disebut aliterasi.
Persamaan bunyi biasa berada di akhir, tengah, atau di awal kata/baris.
Cintamu Padaku
Cintamu padaku
Adalah kerinduan waktu
Memeluk bisu di batu-batu
Saat gerimis jatuh

Cintamu padaku
Adalah ketabahan matahari
Tatkala menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi

Cintamu padaku
Adalah keindahan purnama
Kala meneteskan cahaya
Pada lara

Cinta tanpa musim itu
Memberi nafas dan sayap
Pada beribu puisi abadi
Tentang kita

: Pernahkah
Kusampaikan padamu?

Cipayung, 28 Januari 2004
Persamaan bunyi dapat berupa pengulangan kata/frasa, misal:

Cintamu Padaku
Cintamu padaku
Adalah kerinduan waktu
Memeluk bisu di batu-batu
Saat gerimis jatuh

Cintamu padaku
Adalah ketabahan matahari
Tatkala menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi

Cintamu padaku
Adalah keindahan purnama
Kala meneteskan cahaya
Pada lara

Cinta tanpa musim itu
Memberi nafas dan sayap
Pada beribu puisi abadi
Tentang kita

: Pernahkah
Kusampaikan padamu?

Cipayung, 28 Januari 2004















 
2.     Ritma/irama
Adalah alunan naik turun, panjang pendek, atau keras lemah bunyi yang berulang-ulang atau beraturan sehingga membentuk keindahan. Ritma tercipta oleh adanya perimbangan jumlah frasa, kata, atau suku kata antarKalimat.
Cintamu Padaku
Cintamu padaku /
Adalah kerinduan waktu /
Memeluk bisu / di batu-batu
Saat gerimis jatuh

Cintamu padaku /
Adalah ketabahan matahari /
Tatkala menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi /

Cintamu padaku /
Adalah keindahan purnama /
Kala / meneteskan cahaya /
Pada lara /

Cinta tanpa musim itu /
Memberi nafas dan sayap
Pada beribu puisi abadi /
Tentang kita /

: Pernahkah
Kusampaikan padamu?

Cipayung, 28 Januari 2004





















3.     Diksi
Merupakan pilihan kata secara cermat dari segi bunyi maupun makna sehingga menjadi wahana ekspresi yang maksimal dan bernilai estetis. Karena tiap kata memiliki nuansa makna yang berbeda, kata-kata yang sudah tepat dalam suatu puisi biasanya sangat sulit diganti dengan kata-kata lain.
Cintamu Padaku
Cintamu padaku
Adalah kerinduan waktu
Memeluk bisu di batu-batu
Saat gerimis jatuh

Cintamu padaku
Adalah ketabahan matahari
Tatkala menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi

Cintamu padaku
Adalah keindahan purnama
Kala meneteskan cahaya
Pada lara

Cinta tanpa musim itu
Memberi nafas dan sayap
Pada beribu puisi abadi
Tentang kita

: Pernahkah
Kusampaikan padamu?

Cipayung, 28 Januari 2004
Dari awal sampai akhir puisi tersebut pilihan katanya begitu romantis dan memiliki nilai keindahan. Seperti:
Bait 1
Memeluk bisu di batu-batu (pilihan kata untuk menggambarkan mencintai dalam diam, tak bisa berkata-kata. Seperti batu, benda mati).
Saat gerimis jatuh (gerimis jatuh itu bukan makna sebenarnya, gerimis itu turunnya air dari langit dengan kapasitas tidak terlalu banyak. Kalau jatuh itu biasanya adalah pemerian sifat untuk manusia. Jatuh dari tangga, misalkan).

Bait 2
menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi (mawar itu biasanya tumbuh ditanah. Mawar tumbuh di nadi sunyi merupakan pilihan kata yang tepat untuk menggambarkan hati seseorang yang sedang kesepian dan belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya).

Bait 3
meneteskan cahaya (meneteskan cahaya itu bukan makna sebenarnya, melainkan cahaya dimaknai sebagai harapan. Dan kata menetes itu berarti sama dengan memberikan. Cahaya itu tidak menetes, yang menetes ialah benda-benda dalam bentuk zat cair).
Pada lara (lara berarti rasa sakit/duka).



Bait 4
Memberi nafas dan sayap (nafas merupakan pilihan kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan. Sedangkan sayap, mewakili arti kata harapan yang akan terus terbang ke langit-langit asa).
Pada beribu puisi abadi (beribu puisi abadi adalah pilihan kata untuk menggambarkan segala macam cita-cita/keinginan).
  



















4.     Citraan
      Citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat membangkitkan imaji pembaca tentang gerak, bunyi, warna, dan benda-benda.
Cintamu Padaku
Cintamu padaku
Adalah kerinduan waktu
Memeluk bisu di batu-batu (citraan taktil)
Saat gerimis jatuh (citraan pendengaran dan penglihatan)

Cintamu padaku
Adalah ketabahan matahari (citraan penglihatan)
Tatkala menumbuhkan mawar (citraan penglihatan)
Di nadi sunyi (citraan perasaan/citraan pendengaran)

Cintamu padaku
Adalah keindahan purnama (citraan penglihatan)
Kala meneteskan cahaya (citraan penglihatan/citraan pendengaran)
Pada lara (citraan perasaan)

Cinta tanpa musim itu
Memberi nafas dan sayap
Pada beribu puisi abadi
Tentang kita


: Pernahkah
Kusampaikan padamu?

Cipayung, 28 Januari 2004





















5.     Sarana retorika
      Sarana retorika adalah sekumpulan bentuk atau beberapa macam bentuk yang biasa digunakan penyair dalam cara melahirkan pikiran lewat puisi. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran.
      Dengan sarana retorika penyair berusaha menarik perhatian, pikiran, hingga pembaca atau pendengar berkontemplasi atas apa yang dikemukakan penyair.
Banyak macam sarana retorika, di antaranya: tautologi (pernyataan berulang), pleonasme (melebih-lebihkan), retorik retisense (penggunaan tanda baca titik-titik untuk mengungkapan perasaan yang tidak terungkapkan), paralelisme (pengungkapan isi kalimat yang maksud tujuannya serupa).
Sedangkan pada puisi diatas sarana retorikanya menggunakan tautology, dapat dilihat pada baris 1 diulang pada baris ke-5, dan baris ke-9.
















6.     Gaya bahasa dan majas (bahasa figuratif)
Gaya bahasa yaitu, ciri atau kekhasan kebahasaan yang digunakan oleh penulis yang mencakup penggunaan struktur kebahasaan, pilihan kata, ungkapan, peribahasa/bidal/pepatah, pemakaian/pembentukkan majas, pemakaian bahasa slank/dialek, dan sebagainya. Pemilihan gaya erat kaitannya dengan kesan/rasa yang akan dibangkitkan oleh penyair.
Majas adalah permainan bahasa untuk memperoleh kesan/rasa tertentu. Majas yang sering digunakan dalam puisi antara lain:
-          Metafora (perbandingan langsung)
-          Simile (persamaan)
-          Personifikasi
-          Hiperbola
-          Sinekdok pars prototo (menyebutkan sebagian untuk seluruh)
-          Sinekdok totem pro parte (penyebutan seluruh untuk sebagian)
-          Ironi (sindiran yang halus. Yang agak kasar disebut sinisme, dan yang sangat kasar disebut sarkasme)
-          Tautology (penggunaan kata-kata senada untuk menyangatkan)
-          Simbolik (penggunaan symbol/lambang untuk menggantikan orang/hal.
-          Repetisi (pengulangan kata-kata yang sama dalam suatu baris kalimat)
-          Paralelisme (pengulangan kata/frasa antarbaris-baris puisi)





Cintamu Padaku
Cintamu padaku
Adalah kerinduan waktu (personifikasi)
Memeluk bisu di batu-batu (hiperbola)
Saat gerimis jatuh (personifikasi)

Cintamu padaku
Adalah ketabahan matahari (personifikasi)
Tatkala menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi

Cintamu padaku
Adalah keindahan purnama (metafora)
Kala meneteskan cahaya (personifikasi)
Pada lara

Cinta tanpa musim itu
Memberi nafas dan sayap
Pada beribu puisi abadi (hiperbola)
Tentang kita

: Pernahkah
Kusampaikan padamu?

Cipayung, 28 Januari 2004
7.     Makna tiap baris
Cintamu Padaku
Cintamu padaku
(kasih sayangmu)
Adalah kerinduan waktu
(merindukan tanpa kenal lelah/setiap waktu)
Memeluk bisu di batu-batu
(mencintai dalam diam)
Saat gerimis jatuh
(hingga airmata menetes karena rindu)

Cintamu padaku
(kasih sayangmu)
Adalah ketabahan matahari
(tak pernah menuntut apapun)
Tatkala menumbuhkan mawar
(hingga tumbuh cinta dari hatiku)
Di nadi sunyi
(yang awalnya tak ada cinta)

Cintamu padaku
(kasih sayangmu)
Adalah keindahan purnama
(menerangi saat gelap kehidupanku)

Kala meneteskan cahaya
(memberi harapan)
Pada lara
(saat tiada lagi harapan)

Cinta tanpa musim itu
(cinta tanpa syarat itu)
Memberi nafas dan sayap
(memberi kehidupan dan harapan)
Pada beribu puisi abadi
(pada cita-cita abadi)
Tentang kita

: Pernahkah
Kusampaikan padamu?

Cipayung, 28 Januari 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar