MAKALAH
ANALISIS
PUISI “CINTAMU PADAKU” KARYA HELVY
TIANA ROSSA
Disusun
dalam rangka untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
Mata
Kuliah Apresiasi Puisi Indonesia
Dosen
pembimbing: Nurul Setyorini, M.Pd.
Disusun oleh:
Ishmah Lailani
Hidayati (132110090)
PBSI 3.C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
Cintamu Padaku
Cintamu padaku
Adalah kerinduan waktu
Memeluk bisu di batu-batu
Saat gerimis jatuh
Cintamu padaku
Adalah ketabahan matahari
Tatkala menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi
Cintamu padaku
Adalah keindahan purnama
Kala meneteskan cahaya
Pada lara
Cinta tanpa musim itu
Memberi nafas dan sayap
Pada beribu puisi abadi
Tentang kita
: Pernahkah
Kusampaikan padamu?
Cipayung, 28 Januari 2004
A.
Analisis
bentuk fisik puisi yang berjudul Cintamu
Padaku buah pena Helvy Tiana Rossa
1.
Rima/persajakan
Yaitu
persamaan-persamaan bunyi antarKata atau antarbaris. Persamaan bunyi-bunyi
vocal disebut asonansi, persamaan bunyi-bunyi konsonan disebut aliterasi.
Persamaan
bunyi biasa berada di akhir, tengah, atau di awal kata/baris.
Cintamu Padaku
Cintamu padaku
Adalah
kerinduan waktu
Memeluk bisu di batu-batu
Saat
gerimis jatuh
Cintamu padaku
Adalah
ketabahan matahari
Tatkala
menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi
Cintamu padaku
Adalah
keindahan purnama
Kala meneteskan cahaya
Pada lara
Cinta tanpa musim itu
Memberi
nafas dan sayap
Pada
beribu puisi abadi
Tentang
kita
:
Pernahkah
Kusampaikan
padamu?
Cipayung,
28 Januari 2004
Persamaan
bunyi dapat berupa pengulangan kata/frasa, misal:
Cintamu Padaku
Cintamu padaku
Adalah
kerinduan waktu
Memeluk
bisu di batu-batu
Saat
gerimis jatuh
Cintamu padaku
Adalah
ketabahan matahari
Tatkala
menumbuhkan mawar
Di
nadi sunyi
Cintamu padaku
Adalah
keindahan purnama
Kala
meneteskan cahaya
Pada
lara
Cinta
tanpa musim itu
Memberi
nafas dan sayap
Pada
beribu puisi abadi
Tentang
kita
:
Pernahkah
Kusampaikan
padamu?
Cipayung,
28 Januari 2004
2.
Ritma/irama
Adalah
alunan naik turun, panjang pendek, atau keras lemah bunyi yang berulang-ulang
atau beraturan sehingga membentuk keindahan. Ritma tercipta oleh adanya
perimbangan jumlah frasa, kata, atau suku kata antarKalimat.
Cintamu Padaku
Cintamu
padaku /
Adalah
kerinduan waktu /
Memeluk
bisu / di batu-batu
Saat
gerimis jatuh
Cintamu
padaku /
Adalah
ketabahan matahari /
Tatkala
menumbuhkan mawar
Di
nadi sunyi /
Cintamu
padaku /
Adalah
keindahan purnama /
Kala
/ meneteskan cahaya /
Pada
lara /
Cinta
tanpa musim itu /
Memberi
nafas dan sayap
Pada
beribu puisi abadi /
Tentang
kita /
:
Pernahkah
Kusampaikan
padamu?
Cipayung,
28 Januari 2004
3.
Diksi
Merupakan
pilihan kata secara cermat dari segi bunyi maupun makna sehingga menjadi wahana
ekspresi yang maksimal dan bernilai estetis. Karena tiap kata memiliki nuansa
makna yang berbeda, kata-kata yang sudah tepat dalam suatu puisi biasanya
sangat sulit diganti dengan kata-kata lain.
Cintamu Padaku
Cintamu
padaku
Adalah
kerinduan waktu
Memeluk
bisu di batu-batu
Saat
gerimis jatuh
Cintamu
padaku
Adalah
ketabahan matahari
Tatkala
menumbuhkan mawar
Di
nadi sunyi
Cintamu
padaku
Adalah
keindahan purnama
Kala
meneteskan cahaya
Pada
lara
Cinta
tanpa musim itu
Memberi
nafas dan sayap
Pada
beribu puisi abadi
Tentang
kita
:
Pernahkah
Kusampaikan
padamu?
Cipayung,
28 Januari 2004
Dari
awal sampai akhir puisi tersebut pilihan katanya begitu romantis dan memiliki
nilai keindahan. Seperti:
Bait
1
Memeluk bisu di batu-batu (pilihan
kata untuk menggambarkan mencintai dalam diam, tak bisa berkata-kata. Seperti
batu, benda mati).
Saat gerimis jatuh (gerimis
jatuh itu bukan makna sebenarnya, gerimis itu turunnya air dari langit dengan
kapasitas tidak terlalu banyak. Kalau jatuh itu biasanya adalah pemerian sifat
untuk manusia. Jatuh dari tangga, misalkan).
Bait
2
menumbuhkan mawar
Di nadi sunyi (mawar
itu biasanya tumbuh ditanah. Mawar tumbuh di nadi sunyi merupakan pilihan kata
yang tepat untuk menggambarkan hati seseorang yang sedang kesepian dan belum
pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya).
Bait
3
meneteskan cahaya (meneteskan
cahaya itu bukan makna sebenarnya, melainkan cahaya dimaknai sebagai harapan.
Dan kata menetes itu berarti sama dengan memberikan. Cahaya itu tidak menetes,
yang menetes ialah benda-benda dalam bentuk zat cair).
Pada lara (lara
berarti rasa sakit/duka).
Bait
4
Memberi nafas dan sayap (nafas
merupakan pilihan kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan. Sedangkan
sayap, mewakili arti kata harapan yang akan terus terbang ke langit-langit
asa).
Pada beribu puisi abadi (beribu
puisi abadi adalah pilihan kata untuk menggambarkan segala macam
cita-cita/keinginan).
4.
Citraan
Citraan merupakan kata atau susunan
kata-kata yang dapat membangkitkan imaji pembaca tentang gerak, bunyi, warna,
dan benda-benda.
Cintamu Padaku
Cintamu
padaku
Adalah
kerinduan waktu
Memeluk
bisu di batu-batu (citraan taktil)
Saat
gerimis jatuh (citraan pendengaran dan penglihatan)
Cintamu
padaku
Adalah
ketabahan matahari (citraan penglihatan)
Tatkala
menumbuhkan mawar (citraan penglihatan)
Di
nadi sunyi (citraan perasaan/citraan pendengaran)
Cintamu
padaku
Adalah
keindahan purnama (citraan penglihatan)
Kala
meneteskan cahaya (citraan penglihatan/citraan pendengaran)
Pada
lara (citraan perasaan)
Cinta
tanpa musim itu
Memberi
nafas dan sayap
Pada
beribu puisi abadi
Tentang
kita
:
Pernahkah
Kusampaikan
padamu?
Cipayung,
28 Januari 2004
5.
Sarana
retorika
Sarana retorika adalah sekumpulan bentuk
atau beberapa macam bentuk yang biasa digunakan penyair dalam cara melahirkan
pikiran lewat puisi. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa
muslihat pikiran.
Dengan sarana retorika penyair berusaha
menarik perhatian, pikiran, hingga pembaca atau pendengar berkontemplasi atas
apa yang dikemukakan penyair.
Banyak
macam sarana retorika, di antaranya: tautologi (pernyataan berulang), pleonasme
(melebih-lebihkan), retorik retisense (penggunaan tanda baca titik-titik untuk
mengungkapan perasaan yang tidak terungkapkan), paralelisme (pengungkapan isi
kalimat yang maksud tujuannya serupa).
Sedangkan
pada puisi diatas sarana retorikanya menggunakan tautology, dapat dilihat pada
baris 1 diulang pada baris ke-5, dan baris ke-9.
6.
Gaya
bahasa dan majas (bahasa figuratif)
Gaya
bahasa yaitu, ciri atau kekhasan kebahasaan yang digunakan oleh penulis yang
mencakup penggunaan struktur kebahasaan, pilihan kata, ungkapan,
peribahasa/bidal/pepatah, pemakaian/pembentukkan majas, pemakaian bahasa
slank/dialek, dan sebagainya. Pemilihan gaya erat kaitannya dengan kesan/rasa
yang akan dibangkitkan oleh penyair.
Majas
adalah permainan bahasa untuk memperoleh kesan/rasa tertentu. Majas yang sering
digunakan dalam puisi antara lain:
-
Metafora (perbandingan
langsung)
-
Simile (persamaan)
-
Personifikasi
-
Hiperbola
-
Sinekdok pars prototo
(menyebutkan sebagian untuk seluruh)
-
Sinekdok totem pro
parte (penyebutan seluruh untuk sebagian)
-
Ironi (sindiran yang
halus. Yang agak kasar disebut sinisme, dan yang sangat kasar disebut sarkasme)
-
Tautology (penggunaan
kata-kata senada untuk menyangatkan)
-
Simbolik (penggunaan
symbol/lambang untuk menggantikan orang/hal.
-
Repetisi (pengulangan
kata-kata yang sama dalam suatu baris kalimat)
-
Paralelisme
(pengulangan kata/frasa antarbaris-baris puisi)
Cintamu Padaku
Cintamu
padaku
Adalah
kerinduan waktu (personifikasi)
Memeluk
bisu di batu-batu (hiperbola)
Saat
gerimis jatuh (personifikasi)
Cintamu
padaku
Adalah
ketabahan matahari (personifikasi)
Tatkala
menumbuhkan mawar
Di
nadi sunyi
Cintamu
padaku
Adalah
keindahan purnama (metafora)
Kala
meneteskan cahaya (personifikasi)
Pada
lara
Cinta
tanpa musim itu
Memberi
nafas dan sayap
Pada
beribu puisi abadi (hiperbola)
Tentang
kita
:
Pernahkah
Kusampaikan
padamu?
Cipayung,
28 Januari 2004
7.
Makna
tiap baris
Cintamu Padaku
Cintamu
padaku
(kasih
sayangmu)
Adalah
kerinduan waktu
(merindukan
tanpa kenal lelah/setiap waktu)
Memeluk
bisu di batu-batu
(mencintai
dalam diam)
Saat
gerimis jatuh
(hingga
airmata menetes karena rindu)
Cintamu
padaku
(kasih
sayangmu)
Adalah
ketabahan matahari
(tak
pernah menuntut apapun)
Tatkala
menumbuhkan mawar
(hingga
tumbuh cinta dari hatiku)
Di
nadi sunyi
(yang
awalnya tak ada cinta)
Cintamu
padaku
(kasih
sayangmu)
Adalah
keindahan purnama
(menerangi
saat gelap kehidupanku)
Kala
meneteskan cahaya
(memberi
harapan)
Pada
lara
(saat
tiada lagi harapan)
Cinta
tanpa musim itu
(cinta
tanpa syarat itu)
Memberi
nafas dan sayap
(memberi
kehidupan dan harapan)
Pada
beribu puisi abadi
(pada
cita-cita abadi)
Tentang
kita
:
Pernahkah
Kusampaikan
padamu?
Cipayung,
28 Januari 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar