Sabtu, 14 November 2015

MAKALAH ANALISIS PUISI “SKETSA” KARYA HELVY TIANA ROSSA



MAKALAH
ANALISIS PUISI “SKETSA” KARYA HELVY TIANA ROSSA
Disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Apresiasi Puisi Indonesia
Dosen pembimbing: Nurul Setyorini, M.Pd.
                                                      

Description: logo ump.jpg

Disusun oleh:
Mida Gita Fitria (132110094)
PBSI 3.C


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
Dan bumi kering
langit pias
Laut kita mati
Tandus berkarib sunyi

Semesta gering
Mengantarku kembali padamu
Menyelusup pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada curahan keringatmu
Tapi laut kita sudah mati

Helvy Tiana Rosa
Kemayoran, 1986






A.   Analisis bentuk fisik puisi yang berjudul Cintamu Padaku buah pena Helvy Tiana Rossa
1.     Rima/persajakan
Yaitu persamaan-persamaan bunyi antar kata atau antarbaris. Persamaan bunyi-bunyi vocal disebut asonansi, persamaan bunyi-bunyi konsonan disebut aliterasi.
Persamaan bunyi biasa berada di akhir, tengah, atau di awal kata/baris.
Sketsa
MeranggaS darahku meranggaS
Dan bumi kering
langit piaS
Laut kita matI
Tandus berkarib sunyI

Semesta gering
Mengantarku kembali padamu
Menyelusup pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada curahan keringatmu
Tapi laut kita sudah mati

Helvy Tiana Rosa
Kemayoran, 1986
Dalam puisi “Sketsa” Helvy Tiana Rosa terdapat persamaan bunyi antar kata baik asonansi yaitu : pada kata mengatarku, padamu .. Mati, sunyi, tapi.. dan aliterasi yaitu merangas, pias, kering, gering.


2.     Ritma/irama
Adalah alunan naik turun, panjang pendek, atau keras lemah bunyi yang berulang-ulang atau beraturan sehingga membentuk keindahan. Ritma tercipta oleh adanya perimbangan jumlah frasa, kata, atau suku kata antarKalimat.
SKETSA
Meranggas/ darahku meranggas/ (Naik, panjang)
Dan bumi kering  (Pendek)
langit pias/ (Pendek)
Laut kita mati/(Naik, pendek)
Tandus berkarib sunyi\ (Turun)

Semesta gering (Datar)
Mengantarku kembali padamu (datar, panjang)
Menyelusup pada sejuk alir darah, denyut nadi (datar, panjang)
Pada curahan keringatmu (datar panjang)
Tapi laut kita sudah mati (naik, panjang)

Helvy Tiana Rosa
Kemayoran, 1986

3.     Diksi
Merupakan pilihan kata secara cermat dari segi bunyi maupun makna sehingga menjadi wahana ekspresi yang maksimal dan bernilai estetis. Karena tiap kata memiliki nuansa makna yang berbeda, kata-kata yang sudah tepat dalam suatu puisi biasanya sangat sulit diganti dengan kata-kata lain.
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
Dan bumi kering
langit pias
Laut kita mati
Tandus berkarib sunyi

Semesta gering
Mengantarku kembali padamu
Menyelusup pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada curahan keringatmu
Tapi laut kita sudah mati

Helvy Tiana Rosa
Kemayoran, 1986
Diksi yang dipilih oleh Helvy Tiana Rosa dalam puisinya SKETSA banyak menggambarkan sebuah penderitaan seperti bumi kering, laut kita mati, semesta gering. Dan diksi yang dipilih snagat tepat dan berniali estetis serta menciptakan nuansa keprihan yang amat, karena Helvy juga memberikan diksi yang sebenarnya banyak mengandung makna yang sama. Dalam puisi ini selain diksi yang menyibolkan penderitaan Helvy juga menabah dengan nilai-nilai religiusnya yaitu terdapat pada kata “Mengantarku Kembali padamu”.

4.     Citraan
      Citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat membangkitkan imaji pembaca tentang gerak, bunyi, warna, dan benda-benda.
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
Dan bumi kering  (Citraan penglihatan, seolah-olah melihat bumi yang kering)
langit pias
Laut kita mati
Tandus berkarib sunyi (Citraan pendengaran, Sunyi seolah telinga kita merasakan kesunyian, sunyi melambangkan bunyi)

Semesta gering
Mengantarku kembali padamu
Menyelusup pada sejuk alir darah, denyut nadi (Citraan peraba, sejuk seolah kulit kita merasakan hawa dingin yang di ibaratkan dengan kata sejuk)
Pada curahan keringatmu
Tapi laut kita sudah mati

Helvy Tiana Rosa
Kemayoran, 1986
5.     Sarana retorika
      Sarana retorika adalah sekumpulan bentuk atau beberapa macam bentuk yang biasa digunakan penyair dalam cara melahirkan pikiran lewat puisi. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran.
      Dengan sarana retorika penyair berusaha menarik perhatian, pikiran, hingga pembaca atau pendengar berkontemplasi atas apa yang dikemukakan penyair.
Banyak macam sarana retorika, di antaranya: tautologi (pernyataan berulang), pleonasme (melebih-lebihkan), retorik retisense (penggunaan tanda baca titik-titik untuk mengungkapan perasaan yang tidak terungkapkan), paralelisme (pengungkapan isi kalimat yang maksud tujuannya serupa).
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
Dan bumi kering
langit pias
Laut kita mati
Tandus berkarib sunyi

Semesta gering
Mengantarku kembali padamu
Menyelusup pada sejui alir darah, denyut nadi
Pada curahan keringatmu
Tapi laut kita sudah mati

Helvy Tiana Rosa
Kemayoran, 1986

Dalam puisi Helvy Tiana Rosa, SKETSA menggunakan banyak sarana retorika yaitu:
1.      Tautologi (Pernyataan berulang) pada baris pertama, pada kata Meranggas, dararahku Meranggas.. Meranggas dilakukan dua pengulangan.
2.      Pleonasme (melebih-lebihkan) terdapat pada kata bumi kering, langit pias.
3.      Paralelisme (pengungkapan isi kalimat yang maksud tujuannya serupa) Helvy pada puisiny Sketsa banyak melakukan pengukapan isi kalimat dengan maksud yang sama, meranggas sudah berarti kering, masih ditegaskan dengan kata bumi kering, semesta gering.

6.     Gaya bahasa dan majas (bahasa figuratif)
Gaya bahasa yaitu, ciri atau kekhasan kebahasaan yang digunakan oleh penulis yang mencakup penggunaan struktur kebahasaan, pilihan kata, ungkapan, peribahasa/bidal/pepatah, pemakaian/pembentukkan majas, pemakaian bahasa slank/dialek, dan sebagainya. Pemilihan gaya erat kaitannya dengan kesan/rasa yang akan dibangkitkan oleh penyair.
Majas adalah permainan bahasa untuk memperoleh kesan/rasa tertentu. Majas yang sering digunakan dalam puisi antara lain:
-          Metafora (perbandingan langsung)
-          Simile (persamaan)
-          Personifikasi (Pemberian sifat makhluk hidup pada benda mati)
-          Hiperbola (Melebih-lebihkan)
-          Sinekdok pars prototo (menyebutkan sebagian untuk seluruh)
-          Sinekdok totem pro parte (penyebutan seluruh untuk sebagian)
-          Ironi (sindiran yang halus. Yang agak kasar disebut sinisme, dan yang sangat kasar disebut sarkasme)
-          Tautology (penggunaan kata-kata senada untuk menyangatkan)
-          Simbolik (penggunaan symbol/lambang untuk menggantikan orang/hal.
-          Repetisi (pengulangan kata-kata yang sama dalam suatu baris kalimat)
-          Paralelisme (pengulangan kata/frasa antarbaris-baris puisi)
SKETSA
Meranggas darahku meranggas (Majas Repetisi, Majas Tautologi)
Dan bumi kering (Majas Hiperbola, melebih-lebihkan bumi seolah kering keseluruhan)
langit pias
Laut kita mati (Majas personifikasi, laut diumpakan sebagai makluk hidup yang bisa mati)
Tandus berkarib sunyi (Majas Personifikasi, berkarib berarti bersahabat, dalam kehidupan nyata yang bisa bersahabat adalah manusia)

Semesta gering (Majas Hiperbola)
Mengantarku kembali padamu
Menyelusup pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada curahan keringatmu
Tapi laut kita sudah mati ( Majas Personifikasi, Majas Tautologi)

Helvy Tiana Rosa
Kemayoran, 1986

7.     Makna tiap baris
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
(Hatinya kering, penuh derita)
Dan bumi kering
(Kehidupan semakin
langit pias
Laut kita mati
Tandus berkarib sunyi

Semesta gering
Mengantarku kembali padamu
Menyelusup pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada curahan keringatmu
Tapi laut kita sudah mati

Helvy Tiana Rosa
Kemayoran, 1986
Bait 1
Meranggas darahku meranggas  (pilihan kata untuk menggambarkan derita, kesengsaraan karena arti meranggas sendiri adalah menjadi ranggas atau menjadi kering dan luruh daunnya, penulis juga mengulangi kata meranggas sebanyak 2 kali, itu artinya makin kuat penderitaan atau kegersangan yang ada).
Dan bumi kering  (pada baris ini penulis juga ingin menguatkan penulisan sajak baris pertama, yang artinya hampir sama bumi kering ketika bumi kering berarti tidak ada kehidupan dan hanya ada kesengsaran dan penderitaan).
Langit Pias (Pias berarti permukaan bumi yang membujur dari utara keselatan, Langit pias berarti Langit yang membentang di jagad raya ini)
Laut kita mati penggunaan kata mati disini berarti tak ada sumber kehidupan yang bisa kita dapy dari laut, ikan-ikan dan lain sebagainya
Bait 2
Tandus berkarib sunyi Penyair benar-benar ingin menyampaikan bahwa kehidupan ini amatlah memilukan. Tadus juga mempunyai arti gersang, kering sedangkan berkarib adalah bersahabat, sunyi sepi tak ada kehidupan.
Bait 3
Semesta Gering  (Diksi yang dipilih untuk menguatkan, dan menyangatkan kehidupan yang semakin menderita, karena gering sendiri berarti sakit. Semesta gering berati alam yang semakin menderita)
Mengantarku kembali pada-Mu (Segala penderitaan dan kesengsaraan yang timbul di bumi ini pada akhirnya membuat kita kembali mengingat pencipta kita, mengingat Allah yang Maha memberi petunjuk dan berdo’a kepada-Nya)
Menyelusup pada sejuk alir darah, denyut nadi (Setiap do’a yang kita panjatkan membuat hati kita semakin tenang, disini terdapat kata sejuk berarti nuansa yang menyenangkan, tenang dan segar. Alir darah, denyut nadi, berarti sangat terasa di kita, bahkan sampai denyut nadi dan alir darah)
Pada curahan keringatmu (Serta pada setiap langkah, curahan keringat berarti melakukan suatu kegiatan. Do’a-do’a itu juga mengiringi setiap kerja atau kegiatan kita di dunia)
Tapi laut kita sudah mati (Tapi sayang kehidupan telah tiada, semuanya hanya kesia-sian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar