MAKALAH
ANALISIS
PUISI “SKETSA”
KARYA HELVY TIANA ROSSA
Disusun
dalam rangka untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester
Mata
Kuliah Apresiasi Puisi Indonesia
Dosen
pembimbing: Nurul Setyorini, M.Pd.
Disusun oleh:
Mida Gita Fitria (132110094)
PBSI 3.C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
Dan
bumi kering
langit
pias
Laut
kita mati
Tandus berkarib sunyi
Semesta
gering
Mengantarku
kembali padamu
Menyelusup
pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada
curahan keringatmu
Tapi
laut kita sudah mati
Helvy
Tiana Rosa
Kemayoran,
1986
A.
Analisis
bentuk fisik puisi yang berjudul Cintamu
Padaku buah pena Helvy Tiana Rossa
1.
Rima/persajakan
Yaitu
persamaan-persamaan bunyi antar kata atau antarbaris.
Persamaan bunyi-bunyi vocal disebut asonansi, persamaan bunyi-bunyi
konsonan disebut aliterasi.
Persamaan
bunyi biasa berada di akhir, tengah, atau di awal kata/baris.
Sketsa
MeranggaS darahku meranggaS
Dan
bumi kering
langit
piaS
Laut
kita matI
Tandus berkarib sunyI
Semesta
gering
Mengantarku kembali padamu
Menyelusup
pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada
curahan keringatmu
Tapi laut kita sudah mati
Helvy
Tiana Rosa
Kemayoran,
1986
Dalam
puisi “Sketsa” Helvy Tiana Rosa terdapat persamaan bunyi antar kata baik
asonansi yaitu : pada kata mengatarku,
padamu .. Mati, sunyi, tapi.. dan aliterasi yaitu merangas, pias, kering,
gering.
2.
Ritma/irama
Adalah
alunan naik turun, panjang pendek, atau keras lemah bunyi yang berulang-ulang
atau beraturan sehingga membentuk keindahan. Ritma tercipta oleh adanya
perimbangan jumlah frasa, kata, atau suku kata antarKalimat.
SKETSA
Meranggas/ darahku meranggas/ (Naik, panjang)
Dan
bumi kering (Pendek)
langit
pias/ (Pendek)
Laut
kita mati/(Naik, pendek)
Tandus berkarib sunyi\ (Turun)
Semesta
gering (Datar)
Mengantarku
kembali padamu (datar, panjang)
Menyelusup
pada sejuk alir darah, denyut nadi (datar, panjang)
Pada
curahan keringatmu (datar panjang)
Tapi
laut kita sudah mati (naik, panjang)
Helvy
Tiana Rosa
Kemayoran,
1986
3.
Diksi
Merupakan
pilihan kata secara cermat dari segi bunyi maupun makna sehingga menjadi wahana
ekspresi yang maksimal dan bernilai estetis. Karena tiap kata memiliki nuansa
makna yang berbeda, kata-kata yang sudah tepat dalam suatu puisi biasanya
sangat sulit diganti dengan kata-kata lain.
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
Dan
bumi kering
langit
pias
Laut
kita mati
Tandus berkarib sunyi
Semesta
gering
Mengantarku
kembali padamu
Menyelusup
pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada
curahan keringatmu
Tapi
laut kita sudah mati
Helvy
Tiana Rosa
Kemayoran,
1986
Diksi
yang dipilih oleh Helvy Tiana Rosa dalam puisinya SKETSA banyak menggambarkan
sebuah penderitaan seperti bumi kering, laut kita mati, semesta gering. Dan diksi
yang dipilih snagat tepat dan berniali estetis serta menciptakan nuansa
keprihan yang amat, karena Helvy juga memberikan diksi yang sebenarnya banyak
mengandung makna yang sama. Dalam puisi ini selain diksi yang menyibolkan
penderitaan Helvy juga menabah dengan nilai-nilai religiusnya yaitu terdapat
pada kata “Mengantarku Kembali padamu”.
4.
Citraan
Citraan merupakan kata atau susunan
kata-kata yang dapat membangkitkan imaji pembaca tentang gerak, bunyi, warna,
dan benda-benda.
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
Dan
bumi kering (Citraan penglihatan,
seolah-olah melihat bumi yang kering)
langit
pias
Laut
kita mati
Tandus berkarib sunyi (Citraan pendengaran, Sunyi seolah
telinga kita merasakan kesunyian, sunyi melambangkan bunyi)
Semesta
gering
Mengantarku
kembali padamu
Menyelusup
pada sejuk alir darah, denyut nadi (Citraan peraba, sejuk seolah kulit kita
merasakan hawa dingin yang di ibaratkan dengan kata sejuk)
Pada
curahan keringatmu
Tapi
laut kita sudah mati
Helvy
Tiana Rosa
Kemayoran,
1986
5.
Sarana
retorika
Sarana retorika adalah sekumpulan bentuk
atau beberapa macam bentuk yang biasa digunakan penyair dalam cara melahirkan
pikiran lewat puisi. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa
muslihat pikiran.
Dengan sarana retorika penyair berusaha
menarik perhatian, pikiran, hingga pembaca atau pendengar berkontemplasi atas
apa yang dikemukakan penyair.
Banyak
macam sarana retorika, di antaranya: tautologi (pernyataan berulang), pleonasme
(melebih-lebihkan), retorik retisense (penggunaan tanda baca titik-titik untuk
mengungkapan perasaan yang tidak terungkapkan), paralelisme (pengungkapan isi
kalimat yang maksud tujuannya serupa).
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
Dan
bumi kering
langit
pias
Laut
kita mati
Tandus berkarib sunyi
Semesta
gering
Mengantarku
kembali padamu
Menyelusup
pada sejui alir darah, denyut nadi
Pada
curahan keringatmu
Tapi
laut kita sudah mati
Helvy
Tiana Rosa
Kemayoran,
1986
Dalam
puisi Helvy Tiana Rosa, SKETSA menggunakan banyak sarana retorika yaitu:
1.
Tautologi
(Pernyataan berulang) pada baris pertama, pada kata Meranggas, dararahku
Meranggas.. Meranggas dilakukan dua pengulangan.
2.
Pleonasme
(melebih-lebihkan) terdapat pada kata
bumi kering, langit pias.
3. Paralelisme
(pengungkapan isi kalimat yang maksud tujuannya serupa) Helvy pada puisiny Sketsa banyak melakukan pengukapan
isi kalimat dengan maksud yang sama, meranggas sudah berarti kering, masih
ditegaskan dengan kata bumi kering, semesta gering.
6.
Gaya
bahasa dan majas (bahasa figuratif)
Gaya
bahasa yaitu, ciri atau kekhasan kebahasaan yang digunakan oleh penulis yang
mencakup penggunaan struktur kebahasaan, pilihan kata, ungkapan,
peribahasa/bidal/pepatah, pemakaian/pembentukkan majas, pemakaian bahasa
slank/dialek, dan sebagainya. Pemilihan gaya erat kaitannya dengan kesan/rasa
yang akan dibangkitkan oleh penyair.
Majas
adalah permainan bahasa untuk memperoleh kesan/rasa tertentu. Majas yang sering
digunakan dalam puisi antara lain:
-
Metafora (perbandingan
langsung)
-
Simile (persamaan)
-
Personifikasi (Pemberian sifat makhluk hidup pada benda mati)
-
Hiperbola (Melebih-lebihkan)
-
Sinekdok pars prototo
(menyebutkan sebagian untuk seluruh)
-
Sinekdok totem pro
parte (penyebutan seluruh untuk sebagian)
-
Ironi (sindiran yang
halus. Yang agak kasar disebut sinisme, dan yang sangat kasar disebut sarkasme)
-
Tautology (penggunaan
kata-kata senada untuk menyangatkan)
-
Simbolik (penggunaan
symbol/lambang untuk menggantikan orang/hal.
-
Repetisi (pengulangan
kata-kata yang sama dalam suatu baris kalimat)
-
Paralelisme
(pengulangan kata/frasa antarbaris-baris puisi)
SKETSA
Meranggas darahku meranggas (Majas Repetisi,
Majas Tautologi)
Dan
bumi kering (Majas Hiperbola, melebih-lebihkan bumi seolah kering keseluruhan)
langit
pias
Laut
kita mati (Majas personifikasi, laut diumpakan sebagai makluk hidup yang bisa
mati)
Tandus
berkarib sunyi (Majas Personifikasi, berkarib berarti bersahabat, dalam
kehidupan nyata yang bisa bersahabat adalah manusia)
Semesta
gering (Majas Hiperbola)
Mengantarku
kembali padamu
Menyelusup
pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada
curahan keringatmu
Tapi
laut kita sudah mati ( Majas Personifikasi, Majas Tautologi)
Helvy
Tiana Rosa
Kemayoran,
1986
7.
Makna
tiap baris
SKETSA
Meranggas darahku meranggas
(Hatinya
kering, penuh derita)
Dan
bumi kering
(Kehidupan
semakin
langit
pias
Laut
kita mati
Tandus
berkarib sunyi
Semesta
gering
Mengantarku
kembali padamu
Menyelusup
pada sejuk alir darah, denyut nadi
Pada
curahan keringatmu
Tapi
laut kita sudah mati
Helvy
Tiana Rosa
Kemayoran,
1986
Bait
1
Meranggas darahku meranggas (pilihan kata untuk menggambarkan derita, kesengsaraan
karena arti meranggas sendiri adalah menjadi ranggas atau menjadi kering dan
luruh daunnya, penulis juga mengulangi kata meranggas sebanyak 2 kali, itu
artinya makin kuat penderitaan atau kegersangan yang ada).
Dan bumi kering (pada baris ini penulis juga ingin menguatkan penulisan
sajak baris pertama, yang artinya hampir sama bumi kering ketika bumi kering
berarti tidak ada kehidupan dan hanya ada kesengsaran dan penderitaan).
Langit Pias (Pias berarti permukaan bumi yang membujur dari utara
keselatan, Langit pias berarti Langit yang membentang di jagad raya ini)
Laut kita mati penggunaan
kata mati disini berarti tak ada sumber kehidupan yang bisa kita dapy dari
laut, ikan-ikan dan lain sebagainya
Bait
2
Tandus berkarib sunyi Penyair benar-benar ingin menyampaikan bahwa kehidupan ini amatlah
memilukan. Tadus juga mempunyai arti gersang, kering sedangkan berkarib adalah
bersahabat, sunyi sepi tak ada kehidupan.
Bait
3
Semesta Gering (Diksi yang dipilih
untuk menguatkan, dan menyangatkan kehidupan yang semakin menderita, karena gering sendiri berarti sakit. Semesta
gering berati alam yang semakin menderita)
Mengantarku kembali pada-Mu (Segala penderitaan dan kesengsaraan yang timbul di bumi
ini pada akhirnya membuat kita kembali mengingat pencipta kita, mengingat Allah
yang Maha memberi petunjuk dan berdo’a kepada-Nya)
Menyelusup pada sejuk alir darah, denyut nadi (Setiap do’a yang kita panjatkan membuat hati kita
semakin tenang, disini terdapat kata sejuk berarti nuansa yang menyenangkan,
tenang dan segar. Alir darah, denyut nadi, berarti sangat terasa di kita,
bahkan sampai denyut nadi dan alir darah)
Pada curahan keringatmu (Serta pada setiap langkah, curahan keringat berarti
melakukan suatu kegiatan. Do’a-do’a itu juga mengiringi setiap kerja atau
kegiatan kita di dunia)
Tapi
laut kita sudah mati (Tapi sayang kehidupan telah tiada, semuanya hanya
kesia-sian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar